Gambar Sampul IPS · Bab III Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
IPS · Bab III Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Sutarto

23/08/2021 05:01:12

SMP 9 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

IPS SMP/MTs Kelas IX

45

Bab

III

Usaha Perjuangan

Mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia

Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1, PT Tira Pustaka, 1983.hlm. 61

Gb.3.1

Bung Tomo pemimpin rakyat Surabaya yang mengobarkan

semangat perjuangan

Kemerdekaan Indonesia mendapat gangguan dari pihak Belanda. Hal ini terbukti

dengan adanya pasukan Belanda yang ikut membonceng pasukan sekutu. Belanda

ingin menjajah Indonesia kembali. Akan tetapi rakyat berjuang sekuat tenaga

mempertahankan kemerdekaan

46

IPS SMP/MTs Kelas IX

Peta Konsep

Kata Kunci

Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan kamu dapat:

1. mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda.

2. mendeskripsikan peran dunia internasional dalam konflik Indonesia-Belanda.

3. mendeskripsikan pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap keberadaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

4. melacak aktivitas diplomasi Indonesia di dunia internasional untuk mempertahankan kemerdekaan.

5. mendeskripsikan perjuangan rakyat dan pemerintah di berbagai daerah dalam usaha mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

6. mengidentifikasi faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia.

Usaha Perjuangan

Mempertahankan

Kemerdekaan

Indonesia

Faktor penyebab konflik Indonesia-Belanda

Peran dunia internasional dalam penyelesaian

konflik Indonesia-Belanda

Pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap

keberadaan NKRI

Aktivitas diplomasi Indonesia di dunia

internasional untuk mempertahankan

kemerdekaan

Perjuangan rakyat dan pemerintah dalam

mempertahankan kemerdekaan

Berbagai peristiwa penting di tingkat pusat

maupun daerah

Faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar

dari Indonesia

Peran PBB

Peran KAA

Pada waktu Agresi Militer I

Pada waktu Agresi Militer II

Pertemuan Soekarno Van Mook,

pertemuan Syahrir Van Mook,

perundingan Syahrir Van Mook,

perundingan Hooge Veluwe, perunding-

an Linggajati, perundingan Roem-

Royen, Konferensi Meja Bundar

Pertempuran Surabaya, pertempuran

Ambarawa, pertempuran Medan Area

Bandung Lautan Api, Puputan

Margarana

Faktor dari dalam

Faktor dari luar

- Konflik Indonesia-Belanda

- Gerilya

- Agresi Militer

- D

iplomasi

IPS SMP/MTs Kelas IX

47

Pernahkah di sekolah kalian

mengadakan kegiatan ziarah ke Taman

Makam Pahlawan? Kegiatan ziarah

tersebut tidak harus di tempat yang jauh.

Mungkin di daerah sekitar kalian juga ada

makam pahlawan. Pada setiap tanggal 10

November biasanya banyak peziarah

datang ke makam-makam pahlawan, baik

para pelajar maupun masyarakat dalam

memperingati hari Pahlawan.

Mengapa setiap tanggal 10 Novem-

ber bangsa Indonesia memperingati hari

Pahlawan? Peringatan itu sebagai salah satu bentuk penghargaan bangsa Indonesia

terhadap kepahlawanan rakyat Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945 yang

merupakan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan. Masih banyak lagi pahlawan-pahlawan kusuma bangsa yang telah

rela berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebab waktu itu

bangsa Indonesia ibaratnya sebagai rumah tangga yang baru, banyak tantangan dan

hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu bangsa Indonesia berjuang menggunakan

senjata maupun diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan sehingga tetap

menjadi bangsa yang berdaulat.

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan konflik Indonesia-Belanda Bagaimana

peran dunia internasional dalam menyelesaikan konflik tersebut? Apa pengaruh

konflik tersebut terhadap keberadaan NKRI? Dan bagaimana perjuangan bangsa

Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan sehingga Belanda keluar dari

Indonesia? Hal ini akan kita pelajari dalam bab ini agar kita mampu meneladani

kebulatan tekad para pahlawan kita.

Perjuangan bangsa Indonesia semenjak Proklamasi Kemerdekaan hari demi hari

semakin nyata hasilnya. Akan tetapi tantangan yang dihadapi selalu silih berganti.

Seperti telah kita ketahui bahwa Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada

tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan

Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan dipilih Ir. Soekarno sebagai Presiden

sedangkan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Perjuangan bangsa Indonesia

selanjutnya semakin berat karena harus mempertahankan kemerdekaan dari

rongrongan kekuasaan bangsa asing.

A

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya

Konflik Antara Indonesia dengan Belanda

Sumber : www.riantifiles.wordpress.com

Gb.3.2

Ziarah ke makam pahlawan

48

IPS SMP/MTs Kelas IX

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia

dengan Belanda sebagai berikut.

1. Kedatangan Tentara Sekutu Diboncengi oleh NICA

Semenjak Jepang menyerah kepada

Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945

secara hukum tidak lagi berkuasa di

Indonesia. Pada tanggal 10 September 1945

Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di

Jawa mengumumkan bahwa pemerintah-

an akan diserahkan kepada Sekutu dan

tidak kepada pihak Indonesia. Pada

tanggal 14 September 1945 Mayor

Greenhalgh datang di Jakarta. la me-

rupakan perwira Sekutu yang pertama kali

datang ke Indonesia. Tugas

Greenhalgh

adalah mempelajari dan melaporkan

keadaan di Indonesia menjelang pen-

daratan rombongan Sekutu.

Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara

lain bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan

Sekutu di Asia Tenggara yang bernama

South East Asia Command (

SEAC) di bawah

pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan

tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama

Allied

Forces Netherland East Indies

(AFNEI) di bawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison.

Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah :

1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;

2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;

3. melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;

4. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan

kepada pemerintah sipil; dan

5. menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.

Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945

yang terdiri dari tiga divisi yaitu :

1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang

bertugas untuk daerah Jawa Barat;

2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang

bertugas untuk daerah Jawa Timur;

3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang

bertugas untuk daerah Sumatra.

Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk

daerah Indonesia lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia.

Sumberr:

30 Tahun Indonesia Merdeka I,

PT Tira

Pustaka, 1983,

hlm. 47

Gb.3.3

Semboyan-semboyan perjuangan yang ditulis

pada tembok-tembok. Tampak pada gambar corat-coret

daalam bahasa Inggris di Cikini dan Senen, Jakarta.

IPS SMP/MTs Kelas IX

49

Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut dengan senang hati oleh bangsa

Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan perdamaian.

Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orang-

orang

Netherland Indies Civil Administration

(NICA), yakni pegawai-pegawai sipil

Belanda maka bangsa Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.

2. Kedatangan Belanda (NICA) Berup aya untuk

Menegakkan Kembali Kekuasaannya di Indonesia

NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL

(Koninklijk Nerderlands Indisch Leger,

yaitu Tentara Kerajaan

Belanda yang ditempatkan di Indonesia). Orang-orang

NICA dan KNIL di Jakarta, Surabaya dan Bandung

mengadakan provokasi sehingga memancing kerusuhan.

Sebagai pimpinan AFNEI, Christison menyadari

bahwa untuk kelancaran tugasnya diperlukan bantuan

dari Pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu

diadakanlah perundingan dengan pemerintah RI.

Christison mengakui pemerintahan

de facto

Republik

Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. la tidak akan

mencampuri persoalan yang menyangkut status

kenegaraaan Indonesia.

Dalam kenyataannya pasukan Sekutu sering

membuat hura-hara dan tidak menghormati kedaulatan

bangsa Indonesia. Gerombolan NICA sering melakukan

teror terhadap pemimpin-pemimpin kita. Dengan

demikian bangsa Indonesia mengetahui bahwa

kedatangan Belanda yang membonceng AFNEI adalah

untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Oleh karena itu bangsa

kita berjuang dengan cara-cara diplomasi maupun kekuatan senjata untuk melawan

Belanda yang akan menjajah kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini

akhirnya melibatkan peran dunia intemasional untuk menyelesaikannya.

1. Peranan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Masuknya kembali Belanda ke Indonesia dengan membonceng Sekutu ternyata

berakibat konflik yang berkepanjangan antara Indonesia dengan Belanda. Untuk

itu bangsa Indonesia berjuang dengan cara diplomasi maupun kekuatan senjata.

Pada tanggal 25 Maret 1947 Indonesia dan Belanda menandatangani Persetujuan

B

Peran Dunia Internasional dalam Penyelesaian

Konflik Indonesia-Belanda

Sumber:

30 Tahun Indonesia

Merdeka I,

PT Tira Pustaka,

hlm.34

Gb. 3.4

Van der Plas, wakil Van

Mook, Kepala NICA yang

membonceng pasukan Inggris

masuk ke Indonesia pada bulan

September 1945

50

IPS SMP/MTs Kelas IX

Linggajati. Meskipun persetujuan Linggajati ditandatangani, namun hubungan antara

Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. Belanda melakukan pelanggaran

terhadap persetujuan Linggajati maupun perjanjian gencatan yang diadakan

sebelumnya dengan melancarkan agresi militer terhadap pemerintahan Indonesia

pada tanggal 21 Juli 1947. Kota-kota di Sumatera maupun Jawa digempur dengan

pasukan bersenjata lengkap dan modern. Pada tanggal 29 Juli 1947 Pesawat Dakota

VT-CLA yang membawa obat-obatan dari Singapura sumbangan Palang Merah

Malaya (Malaysia) kepada Indonesia ditembak oleh pesawat Belanda di

Yogyakarta. Gugur dalam peristiwa ini di antaranya Komodor Muda Udara

A. Adisutjipto dan Komodor Muda Udara Dr. Abdurrahman Saleh.

Bagaimana reaksi dunia luar terhadap tindakan Belanda yang melakukan tindakan

kekerasan terhadap Indonesia tersebut? Pada tanggal 31 Juli 1947 India dan Australia

mengajukan masalah Indonesia- Belanda ini kepada Dewan Keamanan PBB. Dalam

Sidang Dewan Keamanan pada tanggal 1 Agustus 1947 dikeluarkan resolusi yang

mengajak kedua belah pihak untuk menghentikan tembak menembak, menyelesaikan

pertikaian melalui perwasitan (

arbitrase

) atau dengan cara damai yang lain.

Menindaklanjuti ajakan PBB untuk penyelesaian dengan cara damai, maka

Republik Indonesia menugaskan Sutan Syahrir dan H. Agus Salim sebagai duta

yang berbicara dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Sutan Syahrir menyatakan

bahwa untuk mengakhiri konflik antara Indonesia dengan Belanda jalan satu-satunya

adalah pembentukan Komisi Pengawas dalam pelaksanaan resolusi Dewan

Keamanan. Ditambahkan pula agar Dewan Keamanan menerima usul Australia

secara keseluruhan dan penarikan pasukan Belanda

ke tempat kedudukan sebelum agresi militer. Usul

ini didukung oleh Rusia dan Polandia. Di samping

itu Rusia juga mengusulkan pembentukan Komisi

Pengawas gencatan senjata.

Usul di atas didukung oleh Amerika Serikat,

Australia, Brazilia, Columbia, Polandia, dan Suriah

tetapi diveto Perancis, sebab dianggap terlalu

menguntungkan Indonesia.

Pada tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan

PBB menerima usul Amerika Serikat tentang

pembentukan Komisi Jasa-Jasa Baik (

Committee of

Good Offices

) untuk membantu menyelesaikan

pertikaian Indonesia-Belanda. Komisi inilah yang

kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara

(KTN), yang terdiri atas :

a. Australia (diwakili oleh Richard C. Kirby), atas

pilihan Indonesia,

b. Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), atas

pilihan Belanda,

c. Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter

Graham), atas pilihan Australia dan Belgia.

Sumber: 30 Tahun Indonesia

Merdeka 1,

PT Tira Pustaka,

hlm.153.

Gb.3.5

Anggota misi militer KTN yang

sedang mengadakan pembicaraan

dengan Perwira Penghubung TNI di

Sumatera Tengah pada tabun 1947

IPS SMP/MTs Kelas IX

51

Tugas Mandiri

Pada tanggal 27 Oktober 1947 KTN tiba di Jakarta untuk melaksanakan

tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, KTN mengalami kesulitan karena

Indonesia maupun Belanda tidak mau bertemu di wilayah yang dikuasai pihak

lainnya. Akhirnya KTN berhasil mempertemukan Indonesia-Belanda dalam suatu

perundingan yang berlangsung pada tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang

Amerika Serikat “Renville” yang berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini dikenal

dengan perundingan Renville. Akibat dari perundingan Renville wilayah Rl semakin

sempit dan kehilangan daerah-daerah yang kaya karena diduduki Belanda.

Anak-anak, coba carilah informasi dari berbagai media masa tentang peran PBB di dunia

internasional dewasa ini. Selanjutnya buatlah rangkuman dari informasi tersebut!

2. Peranan Konferensi Asia dan Resolusi Dewan

Keamanan PBB

Aksi militer Belanda tanggal 21 Juli 1947 terhadap Republik Indonesia

menimbulkan reaksi dunia luar. Inggris dan Amerika Serikat tidak setuju dengan

tindakan Belanda itu, tetapi ragu-ragu turun tangan. Di antara negara yang tampil

mendukung Indonesia adalah Autralia dan India.

Australia mendukung Indonesia karena ingin menegakkan perdamaian dan

keamanan dunia sesuai dengan piagam PBB. Di samping itu Partai Buruh Australia

yang sedang berkuasa sangat simpatik terhadap perjuangan kemerdekaan.

Sedangkan India mendukung Indonesia karena solidaritas sama-sama bangsa

Asia juga senasib karena sebagai bangsa yang menentang penjajahan. Hubungan

Indonesia dengan India terjalin baik terbukti pada tahun 1946 Indonesia menawarkan

bantuan padi sebanyak 500.000 ton untuk disumbangkan

kepada India yang sedang dilanda bahaya kelaparan.

Sebaliknya India juga menawarkan benang tenun, alat-alat

pertanian, dan mobil.

Pada waktu Belanda melakukan aksi militernya yang

kedua yakni pada tanggal 19 Desember 1948, Perdana

Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri

Birma (Myanmar) U Aung San memprakarsai Konferensi

Asia. Konferensi ini diselanggarakan di New Delhi dari

tanggal 20 - 23 Januari 1949 yang dihadiri oleh utusan dari

negara-negara Afganistan, Australia, Burma (Myanmar), Sri

Langka, Ethiopia, India, Iran, Iraq, Libanon, Pakistan,

Philipina, Saudi Arabia, Suriah dan Yaman. Hadir sebagai

peninjau adalah wakil dari negara-negara Cina, Nepal,

Sumber :

bp1.blogger.com

Gb.3.6

Jawaharlal Nehru,

Perdana Menteri India yang

mempelopori Konferansi Asia

di New Dehli

52

IPS SMP/MTs Kelas IX

Selandia Baru, dan Muangthai. Wakil-wakil dari Indonesia yang hadir antara lain

Mr. A.A. Maramis, Mr. Utojo, Dr. Surdarsono, H. Rasjidi, dan Dr. Soemitro

Djojohadikusumo.

Konferensi Asia tersebut menghasilkan resolusi yang kemudian disampaikan

kepada Dewan Keamanan PBB. Isi resolusinya antara lain sebagai berikut.

a. Pengembalian Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.

b. Pembentukan perintah

ad interim

yang mempunyai kemerdekaan dalam politik

luar negeri, sebelum tanggal 15 Maret 1949;

c. Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia

d. Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat pada

tanggal 1 Januari 1950.

Dengan adanya dukungan dari negara-negara di Asia, Afrika, Arab, dan Australia

terhadap Indonesia, maka pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB

mengeluarkan resolusi yang disampaikan kepada Indonesia dan Belanda sebagai

berikut.

a. Mendesak Belanda untuk segera dan sungguh-sungguh menghentikan seluruh

operasi militernya dan mendesak pemerintah RI untuk memerintahkan

kesatuan-kesatuan gerilya supaya segera menghentikan aksi gerilya mereka.

b. Mendesak Belanda untuk membebaskan dengan segera tanpa syarat Presiden

dan Wakil Presiden beserta tawanan politik yang ditahan sejak 17 Desember

1948 di wilayah RI; pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta dan

membantu pengembalian pegawai-pegawai RI ke Yogyakarta agar mereka dapat

menjalankan tugasnya dalam suasana yang benar-benar bebas.

c. Menganjurkan agar RI dan Belanda membuka kembali perundingan atas dasar

persetujuan Linggar jati dan Renville, dan terutama berdasarkan pembentukan

suatu pemerintah

ad interim

federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949,

Pemilihan untuk Dewan Pembuatan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia

Serikat selambat-Iambatnya pada tanggal l Juli 1949.

d. Sebagai tambahan dari putusan Dewan Keamanan, Komisi Tiga Negara diubah

menjadi UNCI

(United Nations Commission for Indonesia =

Komisi PBB untuk

Indonesia dengan kekuasaan yang lebih besar dan dengan hak mengambil

keputusan yang mengikat atas dasar mayoritas. Tugas UNCI adalah membantu

melancarkan perundingan-perundingan untuk mengurus pengembalian

kekuasaan pemerintah Republik; untuk mengamati pemilihan dan berhak

memajukan usul-usul mengenai berbagai hal yang dapat membantu tercapainya

penyelesaian.

Resolusi itu dirasa oleh bangsa Indonesia masih ada kekurangan yakni bahwa

Dewan Keamanan PBB tidak mendesak Belanda untuk mengosongkan daerah-daerah

RI selain Yogyakarta. Di samping itu Dewan Keamanan tidak memberikan sanksi

atas pelanggaran terhadap resolusinya. Akan tetapi, bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang cinta damai maka selalu menaati semua isi resolusi sepanjang sesuai dengan

prinsip Indonesia Merdeka dan sikap berperang untuk mempertahankan diri.

IPS SMP/MTs Kelas IX

53

Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda terhadap Keberadaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

1. Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Pada Waktu Agresi Militer Belanda Pertama

Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 antara

Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi konflik melalui jalur diplomasi. Akan

tetapi, Belanda mengingkari perundingan ini dengan jalan melakukan agresi militer

pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan Belanda tidak dapat melakukannya

sekaligus, oleh karena itu untuk tahap pertama Belanda harus mencapai sasaran

sebagai berikut.

- Bidang Politik : Pengepungan ibu

kota RI dan penghapusan RI dari

peta (menghilangkan

de facto

RI).

- Bidang Ekonomi: perebutan daerah-

daerah penghasil bahan makanan

(daerah beras di Jawa Barat dan Jawa

Timur) dan bahan ekspor

(perkebunan di Jawa Barat, Jawa

Timur, dan Sumatera serta per-

tambangan dan perkebunan di

Sumatera)

- Bidang Militer: Penghancuran TNI.

Jika tahap pertama ini dapat

berhasil maka tahap berikutnya adalah

meng-hancurkan RI secara total. Ibu kota RI pada waktu itu terkepung sehingga

hubungan ke luar sulit dan ekonomi RI mengalami kesulitan karena

daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi untuk

menghancurkan TNI mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang

rakyat semesta dengan bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian

Belanda hanya menguasai dan bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya,

sedangkan di luar itu masih dikuasai TNI.

C

Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda

terhadap Keberadaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Sumber: 30 Tahun IndonesIa Merdeka I,

PT Tira Pustaka. 1983. hlm.I47

Gb. 3.7

Sebuah pesawat Guntai peninggalan Jepang

penghasil bahan makanan sebagai modal perjuangan

melawan Belanda pada waktu Agresi Militer Belanda

54

IPS SMP/MTs Kelas IX

Dalam Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki

beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara politis Republik Indonesia naik

kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa simpati seperti Liga Arab

yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Arab

Saudi yang semula ragu-ragu mengakui kemerdekaan Indonesia kemudian

mengakui pula. Agresi militer Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan

permusuhan negara-negara Arab terhadap Belanda dan menjadi simpati terhadap

Indonesia. Dengan demikian dapat menguatkan kedudukan RI terutama di kawasan

penting secara politik yaitu Timur Tengah.

Dengan adanya agresi militer pertama maka Dewan Keamanan PBB ikut campur

tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara. Melalui serangkaian perundingan

yakni Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang merupakan upaya untuk

mengatasi konflik. Sebagai negara yang cinta damai Indonesia bersedia berunding,

namun Belanda menjawab lagi dengan kekerasan yakni melakukan agresinya yang

kedua.

2. Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua

Pada tanggal18 Desember 1948,

pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan

sudah tidak terikat lagi dengan Pe-

rundingan Renville. Pada tanggal

19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda

melancarkan agresinya yang kedua

dengan menggempur ibu kota RI,

Yogyakarta. Dalam peristiwa ini pim-

pinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda.

Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil

Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat

Presiden) dan sejumlah menteri termasuk

Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden

Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi

Danau Toba dan Wakil Presiden Moh.

Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno

kemudian dipindahkan ke Bangka.

Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta,

Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Belanda mengira

bahwa dari segi militer aksi itu berhasil dengan gemilang. Belanda menyatakan

demikian karena akan membentuk Pemerintah Federal. Sementara tanpa

keikutsertaan Republik Indonesia. Padahal Republik Indonesia tetap ada dengan

dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Sebab sebelum pasukan-

pasukan Belanda tiba, pemerintah RI mengirimkan telegram kepada Syafruddin

Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berkunjung ke Sumatera untuk

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka I,

PT Tira Pustaka,

1983,

hlm.l93.

Gb.3.8

Presiden, Wakil Presiden, dan KH Agus Salim

tiba di lapangan terbang Meguwo untuk diterbengkan

ke Sumatera.

IPS SMP/MTs Kelas IX

55

mendirikan Pemerintah Darurat RI (PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat

menjalankan tugas, maka Presiden Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono,

L.N. Palar, dan Mr. A.A. Maramis yang sedang di New Delhi untuk membentuk

Pemerintah Pelarian

(Exile Government)

di India.

Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil mendirikan

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera. Sementara

itu sampai dengan Januari 1949, Belanda menambah pasukannya ke daerah RI untuk

menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Akan tetapi kenyataannya Belanda hanya

menguasai di kota-kota dan jalan raya dan Pemerintahan RI masih berlangsung

sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI bersatu berjuang melawan Belanda dengan

siasat perang gerilya. TNI di bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan

yang kemudian melancarkan serangan terhadap Belanda. Alat-alat perhubungan

seperti kawat-kawat telepon diputuskan, jalan-jalan kereta api di rusak, jembatan:

dihancurkan agar tidak dapat digunakan Belanda.

Jenderal Sudirman walaupun dalam

keadaan sakit masih memimpin

perjuangan dengan bergerilya di Jawa

Tengah dan Jawa Timur dengan

menjelajahi daerah-daerah pedesaan, naik

gunung turun gunung. Route perjalanan

yang ditempuh dari Yogyakarta, Sura-

karta, Madiun, dan Kediri. Perhatikan

route gerilya Panglima Besar Jenderal

Sudirman berikut ini!

Sumber: Atlas Sejarah, PT Pembina Peraga, 1994, hlm.41

Gb.3.10

Rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman

Pada tanggal 23 Desember 1948 Pemerintah Darurat RI di Sumatera

mengirimkan perintah Kepada wakil RI di PBB

lewat radio yang isinya bahwa

pemerintah RI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan

memasuki meja perundingan.

Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1, hlm. 73

Gb.3.9

Jenderal Sudirman ditandu, memimpin serangan

gerilya pada waktu Agresi Militer Belanda kedua

56

IPS SMP/MTs Kelas IX

Ketika Belanda tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal

28 Januari 1949 tentang penghentian tembak menembak dan mereka yakin bahwa

R1 tinggal namanya, dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bukti

bahwa RI masih ada dan TNI masih kuat. Dalam serangan ini pihak RI berhasil

memukul mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6 jam.

Dengan kenyataan-kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu konflik

Indonesia-Belanda maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak Belanda

menganggap RI sudah tidak ada.

Salah satu bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan adalah perjuangan diplomasi, yakni perjuangan melalui meja

perundingan. Ketika Belanda ingin menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia

temyata selalu mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu

pemimpin Sekutu berusaha mempertemukan antara pemimpin Indonesia dengan

Belanda melalui perundingan-perundingan sebagai berikut :

1. Pertemuan Soekarno-Van Mook

Pertemuan antara wakil-wakil Belanda dengan para pemimpin Indonesia

diprakarsai oleh Pang lima AFNEI Letnan Jenderal Sir Philip Christison pada tanggal

25 Oktober 1945. Dalam pertemuan tersebut pihak Indonesia diwakili oleh Soekarno,

Mohammad Hatta, Ahmad Sobardjo, dan H. Agus Salim, sedangkan pihak Belanda

diwakili Van Mook dan Van Der Plas.

Pertemuan ini merupakan per-

temuan untuk menjajagi kesepakatan

kedua belah pihak yang berselisih.

Presiden Soekamo mengemukakan

kesediaan Pemerintah Republik Indo-

nesia untuk berunding atas dasar

pengakuan hak rakyat Indonesia untuk

menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan

Van Mook mengemukakan pandangan-

nya mengenai masalah Indonesia di masa

depan bahwa Belanda ingin menjalankan

untuk Indonesia menjadi negara

persemakmuran berbentuk federal yang

memiliki pemerintah sendiri di

D

Aktivitas Diplomasi Indonesia di Dunia

Internasional untuk Mempert ahankan

Kemerdekaan Indonesia

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka I, hlm. 54

Gb.3.11

Presidedn Soekamo bertemu dengan Letnan

Jenderal Christison ( Panglima AFNEI )

IPS SMP/MTs Kelas IX

57

lingkungan kerajaan Belanda. Yang terpenting menurut Van Mook bahwa pemerintah

Belanda akan memasukkan Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tindakan Van Mook tersebut disalahkan oleh Pemerintah Belanda terutama

oleh Parlemen, bahkan Van Mook akan dipecat dari jabatan wakil Gubernur Jenderal

Hindia Belanda (Indonesia).

2. Pertemuan Sjahrir-Van Mook

Pertemuan ini dilaksanakan pada

tanggal 17 November 1945 bertempat di

Markas Besar Tentara Inggris di Jakarta

(Jalan Imam Bonjol No.1). Dalam

pertemuan ini pihak Sekutu diwakili oleh

Letnan Jenderal Christison, pihak Belanda

oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan

delegasi Republik Indonesia dipimpin

oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir.

Sebagai pemrakarsa pertemuan ini,

Christison bermaksud mempertemukan

pihak Indonesia dan Belanda di samping

menjelaskan maksud kedatangan tentara

Sekutu, akan tetapi pertemuan ini tidak

membawa hasil.

3. Perundingan Sjahrir - Van Mook

Pertemuan-pertemuan yang diprakarsai oleh Letnan

Jenderal Christison selalu mengalami kegagalan. Akan

tetapi pemerintah Inggris terus berupaya mempertemu-

kan Indonesia dengan Belanda bahkan ditingkatkan

menjadi perundingan. Untuk mempertemukan kembali

pihak Indonesia dengan pihak Belanda, pemerintah

Inggris mengirimkan seorang diplomat ke Indonesia yakni

Sir Archibald Clark Kerr sebagai penengah.

Pada tanggal 10 Februari 1946 perundingan

Indonesia-Belanda dimulai. Pada waktu itu Van Mook

menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda

antara lain sebagai berikut.

(1) Indonesia akan dijadikan negara

Commonwealth

berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan

sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.

(2) Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan

urusan luar negeri oleh pemerintah Belanda.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka I, Pt Tira Pustaka,

1983, hLm

Gb.3.12

Pertemuan pertama antara wakil-wakil

Indonesia, Belanda, dan Sekutu di markas Besar Tentara

Inggris di Jakarta

Sumber:

30 Tahun Indonesia

Merdeka I,

PT Tira Pustaka, 1983,

hlm.

83.

Gb. 3.13

H.J. van Mook, Wakil

Gubemur Jenderal Hindia

Belanda dan Pemimpin NICA

58

IPS SMP/MTs Kelas IX

Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan

yang berisi antara lain sebagai berikut.

(1) Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas

wilayah bekas Hindia Belanda.

(2) Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan

luar negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri

atas orang-orang Indonesia dan Belanda.

Usul dari pihak Indonesia di atas tidak diterima oleh pihak Belanda dan

selanjutnya Van Mook secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik

Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja sama dalam rangka

pembentukan negara federal dalam lingkungan Kerajaan Belanda.

Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van

Mook antara lain sebagai berikut.

(1) Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan

de facto

Rl atas Jawa dan

Sumatera.

(2. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat

(RIS).

(3) RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta

dalam ikatan negara Belanda.

4. Perundingan di Hooge Veluwe

Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 - 25 April 1946 di Hooge Veluwe

(Negeri Belanda), yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang

telah disepakati Sjahrir dan Van Mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:

(1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo yang mewakili pihak

pemerintah RI;

(2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck,

Sultan Hamid II, dan Surio Santosa yang mewakili Belanda, dan

(3) Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.

Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa hasil sebab

Belanda menolak konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta.

Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan

de facto

kedaulatan RI atas

Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura serta dikurangi daerah-daerah

yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara waktu

hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya

mengajukan usul bagi pemerintahannya kepada pihak RI.

IPS SMP/MTs Kelas IX

59

5. Perundingan Linggajati

Walaupun Perundingan Hooge Veluwe mengalami kegagalan akan tetapi dalam

prinsipnya bentuk-bentuk kompromi antara Indonesia dan Belanda sudah diterima

dan dunia memandang bahwa bentuk-bentuk tersebut sudah pantas. Oleh karena

itu pemerintah Inggris masih memiliki perhatian besar terhadap penyelesaian

pertikaian Indonesia-Belanda dengan mengirim Lord Killearn sebagai pengganti Prof

Schermerhorn.

Pada tanggal 7 Oktober 1946 Lord Killearn berhasil mempertemukan wakil-

wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang berlangsung di

rumah kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta. Dalam perundingan ini masalah

gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan akhirnya dibahas lebih lanjut

oleh panitia yang dipimpin oleh Lord Killearn. Hasil kesepakatan di bidang militer

sebagai berikut:

(l). Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan

atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.

(2). Dibentuk sebuah Komisi bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah

teknis pelaksanaan gencatan senjata.

Dalam mencapai kesepakatan di

bidang politik antara Indonesia dengan

Belanda diadakanlah Perundingan

Linggajati. Perundingan ini diadakan

sejak tanggal 10 November 1946 di

Linggajati, sebelah selatan Cirebon.

Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof.

Scermerhorn, dengan anggotanya Max

Van Poll, F. de Baer dan H.J. Van Mook.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana

Menteri Sjahrir, dengan anggota-

anggotanya Mr. Moh. Roem, Mr. Amir

Sjarifoeddin, Mr. Soesanto Tirtoprodjo,

Dr. A.K. Gani, dan Mr. Ali Boediardjo.

Sedangkan sebagai penengahnya adalah

Lord Killearn, komisaris istimewa Inggris

untuk Asia Tenggara.

Hasil Perundingan Linggajati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di

Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya adalah sebagai berikut.

(1) Belanda mengakui secara

de facto

Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan

yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda harus sudah meninggalkan

daerah

de facto

paling lambat tanggal 1 Januari 1949.

Gb.3.13

Suasana perundingan antara Indonesia dengan

Belanda yang diprakarsai diplomat Inggris Lord Killern.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka 1,

PT Tira

Pustaka, 1983,

hlm.117.

60

IPS SMP/MTs Kelas IX

Sumber :

Atlas Sejarah,

PT Pembina Peraga,

hlm. 38.

Gb. 3.15

Peta wilayah Indonesia berdasar Perundingan Linggajati

(2) Republik Indonesia dan Belanda

akan bekerjasama dalam mem-

bentuk Negara Indonesia Serikat,

dengan nama Republik Indonesia

Serikat, yang salah satu negara

bagiannya adalah Republik Indo-

nesia.

(3) Republik Indonesia Serikat dan

Belanda akan membentuk Uni

Indonesia-Belanda dengan Ratu

Belanda sebagai ketuanya.

Meskipun isi perundingan Lingga-

jati masih terdapat perbedaan penafsiran

antara Indonesia dengan Belanda, akan

tetapi kedudukan Republik Indonesia di mata Internasional kuat karena Inggris dan

Amerika memberikan pengakuan secara

de facto.

6. Perundingan Renville

Perbedaan penafsiran mengenai isi Perundingan Linggajati semakin memuncak

dan akhirnya Belanda melakukan Agresi Militer pertama terhadap Indonesia pada

tanggal 21 Juli 1947. Atas prakasa Komisi Tiga Negara (KTN), maka berhasil

dipertemukan antara pihak Indonesia dengan Belanda dalam sebuah perundingan.

Perundingan ini dilakukan di atas kapal pengangkut pasukan Angkatan Laut Amerika

Serikat “USS Renville” yang sedang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Sumber: 30 tahun Indonesia Merdeka 1, PT TiraPustaka,

1983,hlm.119.

Gb.3.14

Gedung tempat perundingan di Linggajati,

Selatan Cirebon, pada bulan November 1946

Palembang

Medan

Batavia

Bandung Semarang

Surabaya

Singapura

LAUT JAWA

P. BANGKA

Pontianak

P. MADURA

Selat Malaka

Selat Karimata

Samarinda

Selat Makassar

Tarakan

SAMUDRA PASIFIK

P. HALMAHERA

P. SERAM

LAUT BANDA

Holandia

P. TIMOR

Kupang

Makasar

P.SUMBAWA

P.FLORES

LAUT CINA SELATAN

SAMUDRA HINDIA

Wilayah Indonesia

Yogyakarta

P.BALI

P.

LOMBOK

Cirebon

Batavia

IPS SMP/MTs Kelas IX

61

Perundingan Renville ini dimulai pada

tanggal 8 Desember 1947 di mana pihak

Indonesia mengirimkan delegasi yang

dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin,

sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh

R. Abdulkadir Widjojoatmodjo, seorang

Indonesia yang memihak Belanda.

Hasil perundingan Renville baru

ditandatangani pada tanggal 17 Januari

1948 yang intinya sebagai berikut.

(1) Pemerintah RI harus mengakui

kedaulatan Belanda atas Hindia

Belanda sampai pada waktu yang

ditetapkan oleh Kerajaan Belanda

untuk mengakui Negara Indonesia

Serikat (NIS).

(2) Akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah berbagai penduduk

di daerah-daerah Jawa, Madura, dan Sumatera menginginkan daerahnya

bergabung dengan RI atau negara bagian lain dari Negara Indonesia Serikat.

(3) Tiap negara (bagian) berhak tinggal di luar NIS atau menyelenggarakan

hubungan khusus dengan NIS atau dengan Nederland.

Akibat dari perundingan Renville ini wilayah Republik Indonesia yang meliputi

Jawa, Madura, dan Sumatera menjadi lebih sempit lagi. Akan tetapi, RI bersedia

menandatangani perjanjian ini karena beberapa alasan di antaranya adalah karena

persediaan amunisi perang semakin menipis sehingga kalau menolak berarti belanda

akan menyerang lebih hebat. Di samping itu juga tidak adanya jaminan bahwa Dewan

Keamanan PBB dapat menolong serta RI yakin bahwa pemungutan suara akan

dimenangkan pihak Indonesia.

Sumber:

Atlas Sejarah,

PT Pembina Peraga, 1994,

hlm.39.

Gb. 3.17

Peta wilayah Indonesia berdasarkan Perundingan Renville.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka 1,

PT Tira

Pustaka,

1983,hlm.l57.

Gb.3.16

Kapal USS Renville yang digunakan sebagai

tempat perundingan lndonesia-Belanda yang

menghasilkan ”peljanjian Renville”.

Palembang

Singapura

LAUT JAWA

P. BANGKA

Pontianak

P. MADURA

Medan

Selat Malaka

Selat Karimata

Samarinda

Selat Makassar

Tarakan

SAMUDRA PASIFIK

P. HALMAHERA

P. SERAM

LAUT BANDA

Holandia

P. TIMOR

Kupang

Makasar

P.SUMBAWA P.FLORES

LAUT CINA SELATAN

SAMUDRA HINDIA

Wilayah Indonesia

Yogyakarta

Semarang

Surabaya

P.BALI

P.

LOMBOK

Cirebon

Batavia

Bandung

62

IPS SMP/MTs Kelas IX

7. Persetujuan Roem-Royen

Ketika Dr. Beel menjabat sebagai Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia,

ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan Van Mook tentang Indonesia. Ia

berpendirian bahwa di Indonesia harus dilaksanakan pemulihan kekuasaan

pemerintah kolonial dengan tindakan militer. Oleh karena itu pada tanggal

18 Desember 1948 Dr. Beel mengumumkan tidak terikat dengan Perundingan

Renville dan dilanjutkan tindakan agresi militernya yang kedua pada tanggal 19

Desember 1948 pada pukul 06.00 pagi dengan menyerang ibu kota Rl yang

berkedudukan di Yogyakarta.

Dengan peristiwa ini Komisi Tiga Negara (KTN) diubah namanya menjadi

Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia

(United Nations Commission for

Indonesian

atau UNCI). Komisi ini bertugas membantu melancarkan perundingan-

perundingan antara Indonesia dengan Belanda.

Pada tanggal 7 Mei 1949 Mr. Moh. Roem selaku ketua delegasi Indonesia dan

Dr. Van Royen selaku ketua delegasi Belanda yang masing-masing membuat

pernyataan sebagai berikut.

1). Pernyataan Mr. Moh Roem.

a. Mengeluarkan perintah kepada

“Pengikut Republik yang ber-

senjata” untuk menghentikan

perang gerilya.

b. Bekerja sama dalam hal mengem-

balikan perdamaian dan menjaga

ketertiban dan keamanan.

c. Turut serta dalam Konferensi Meja

Bundar di Den Haag dengan maksud

untuk mempercepat “penyerahan”

kedaulatan yang sungguh-sungguh

dan lengkap kepada Negara Indone-

sia Serikat, dengan tidak bersyarat.

2). Pernyataan Dr. Van Royen

a. Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.

b. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan pembebasan semua tahanan

politik.

c. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang berada di daerah-

daerah yang dikuasai RI sebelum tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan

meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik

d. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia

Serikat.

e. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar Konferensi Meja Bundar segera

diadakan setelah Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka I,

PT Tira Pustaka,

hlm.2B.

Gb. 3.18

Perundingan Roem-Royen di Hotel des Indes

Jakarta

IPS SMP/MTs Kelas IX

63

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Salah satu pernyataan Roem-Royen adalah segera diadakan Konferensi Meja

Bundar (KMB). Sebelum dilaksanakan KMB diadakanlah Konferensi Inter - Indonesia

antara wakil-wakil Republik Indonesia dengan BFO

(Bijjenkomst voor Federaal Overleg)

atau Pertemuan Permusyawarahan Federal. Konferensi ini berlangsung dua kali yakni

tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan pada tanggal 31 Juli - 2 Agustus 1949 di

Jakarta. Salah satu keputusan penting dalam konferensi ini ialah bahwa BFO

menyokong tuntutan Republik Indonesia atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-

ikatan politik ataupun ekonomi.

Pada tanggal 23 Agustus sampai

2 November 1949 diadakanlah Konferensi

Meja Bundar di Den Haag (Belanda).

Sebagai ketua KMB adalah Perdana

Menteri Belanda, Willem Drees. Delegasi

RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, BFO

di bawah pimpinan Sultan Hamid II dari

Pontianak, dan delegasi Be1anda

dipimpin Van Maarseveen sedangkan dari

UNCI sebagai mediator dipimpin oleh

Chritchley.

Pada tanggal 2 November 1949

berhasil ditandatangani persetujuan KMB.

Isi dari persetujuan KMB adalah sebagai

berikut.

1. Belanda mengakui kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir

bulan Desember 1949.

2. Mengenai Irian Barat penyelesaiannya ditunda satu tahun setelah pengakuan

kedaulatan.

3. Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia -

Belanda yang akan diketuai Ratu Belanda.

4. Segera akan dilakukan penarikan mundur seluruh tentara Belanda.

5. Pembentukan Angkatan Perang RIS (APRIS) dengan TNI sebagai intinya.

Dari hasil KMB itu dinyatakan bahwa pada akhir bulan Desember 1949 Indonesia

diakui kedaulatannya oleh Belanda. Oleh karena itu pada tanggal 27 Desember 1949

diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda. Pihak Belanda

ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang

Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh.

Hatta. Pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil

Tertinggi Mahkota AH.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.

Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia berubah bentuk

negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).

Menurut kalian sesuaikah bentuk negara serikat ini dengan UUD 1945?

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka

/, PT Tira

Pusataka, 1983,

hlm.237.

Gb.3.19

Suasana sidang Konferensi Meja Sundar di

Den Haag.

64

IPS SMP/MTs Kelas IX

Kehadiran pasukan Sekutu yang membawa orang-orang NICA pada tanggal

29 September 1945 sangat mencemaskan rakyat dan pemerintah RI. Keadaan ini

semakin memanas ketika NICA mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru

dilepaskan dari tahanan Jepang. Para pejabat Republik Indonesia yang menerima

kedatangan pasukan ini karena menghormati tugas. Mereka menjadi sasaran teror

dan percobaan pembunuhan. Oleh karena itu sikap pasukan Sekutu yang tidak

menghormati kedaulatan negara dan bangsa Indonesia ini dihadapi dengan kekuatan

senjata, oleh rakyat dan pemerintah. Di beberapa daerah muncul perjuangan untuk

mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut.

1. Pertempuran Surabaya

Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal

A W.S. Mallaby mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Brigade ini

merupakan bagian dari Divisi India ke-23, dibawah pimpinan Jenderal D.C.

Hawthorn. Mereka mendapat tugas melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan

tawanan Sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000 personil di mana perwira-perwiranya

kebanyakan orang-orang Inggris dan prajuritnya orang-orang Gurkha dari Nepal

yang telah berpengalaman perang. Rakyat dan pemerintah Jawa Timur di bawah

pimpinan Gubernur R.M.T.A Suryo semula enggan menerima kedatangan Sekutu.

Kemudian antara wakil-wakil pemerintah RI dan Birgjen AW.S. Mallaby mengadakan

pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.

1). Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.

2). Disetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan

ketenteraman.

3). Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar.

4). Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan terbukti

melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para

tawanan Belanda di antaranya adalah Kolonel Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan

penyebaran pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-

senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR bertekad untuk mengusir Sekutu dari

bumi Indonesia dan tidak akan menyerahkan senjata mereka.

Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal

27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan yang gigih dapat melumpuhkan

tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital. Strategi yang digunakan

E

Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di

Berbagai

Daerah dalam Usaha Mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia

IPS SMP/MTs Kelas IX

65

rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan menghancurkan pemusatan-

pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan

tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun di pihak kita banyak

jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal

D.C. Hawthorn tiba di Surabaya. Dalam perundingan antara pemerintah RI dengan

Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini

dilanggar oleh pihak Sekutu. Dalam salah satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh.

Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban

kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C.

Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa

Indonesia di Surabaya. Ultimatum itu isinya agar seluruh rakyat Surabaya beserta

pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjatanya, mengibarkan

bendera putih, dan dengan tangan di atas kepala berbaris satu-satu. Jika pada pukul

06.00 ultimatum itu tidak diindahkan maka Inggris akan mengerahkan seluruh

kekuatan darat, laut dan udara. Ultimatum ini dirasakan sebagai penghinaan terhadap

martabat bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi

lebih cinta kemerdekaan. Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultimatum

tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo.

Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal

10 Nopember 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No.4 Bung

Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi

di Perak sampai pukul 18.00. Pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Mansergh

mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang dibantu tembakan

dari laut oleh kapal perang penjelajah “Sussex” serta pesawat tempur “Mosquito”

dan “Thunderbolt”.

Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat bahu

membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR

maupun TKR laut di bawah Komandan Pertahanan Kota, Soengkono. Pertempuran

yang berlangsung sampai akhir November 1945 ini rakyat Surabaya berhasil

mempertahankan kota Surabaya dari gempuran Inggris walaupun jatuh korban yang

banyak dari pihak Indonesia. Oleh karena itu setiap tanggal 10 November bangsa

Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para

pahlawan di Surabaya yang mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan

asing.

2. Pertempuran Ambarawa

Kedatangan Sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan

Brigadir lenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh rakyat karena akan

mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam mereka diboncengi NICA

dan mempersenjatai para bekas tawanan perang di Ambarawa dan Magelang. Setelah

terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara Sekutu maka pada tanggal

2 November 1945 Presiden Soekarno dan Brig.Jend. Bethel mengadakan perundingan

gencatan senjata.

66

IPS SMP/MTs Kelas IX

Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke

Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan

Letnan Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa. Pasukan

Angkatan Muda di bawah Pimpinan Sastrodihardjo yang diperkuat pasukan

gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang Sekutu di desa Lambu.

Dalam pertempuran di Ambarawa ini gugurlah Letnan Kolonel Isdiman,

Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, komando

pasukan dipegang oleh Kolonel Soedirman, Panglima Divisi di Purwokerto.

Kolonel Soedirman mengkoordinir komandan-komandan sektor untuk

menyusun strategi penyerangan terhadap musuh. Pada tanggal 12 Desember 1945

pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan di benteng Willem, yang

terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa

di kepung. Karena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan

Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.

3. Pertempuran Medan Area dan Sekitarnya

Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus

1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang.

Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hassan yang diangkat menjadi Gubernur

Sumatra. Ia ditugaskan oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik

Indonesia di Sumatera dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu.

Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Sumatera Utara di

bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly. Serdadu Belanda dan NICA ikut

membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Pasukan

Sekutu membebaskan para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku M. Hassan.

Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya insiden

di beberapa tempat.

Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori terbentuknya

TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping TKR, di Sumatera

Timur terbentuk Badan-badan perjuangan dan laskar-laskar partai.

Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memberikan

ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror

mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu

memasang papan-papan yang bertuliskan

Fixed Boundaries Medan Area

di berbagai

sudut pinggiran kota Medan.

Bagaimana sikap para pemuda kita? Mereka dengan gigih membalas setiap aksi

yang dilakukan pihak Inggris dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan

Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan

pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan Inggris berhasil mendesak

pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke

Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat

Medan terus berjuang dengan membentuk

Lasykar Rakyat Medan Area.

IPS SMP/MTs Kelas IX

67

Selain di daerah Medan, di daerah-

daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan

rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan

Belanda. Di Padang dan Bukittinggi

pertempuran berlangsung sejak bulan

November 1945. Sementara itu dalam

waktu yang sama di Aceh terjadi

pertempuran melawan Sekutu. Dalam

pertempuran ini Sekutu memanfaatkan

pasukan-pasukan Jepang untuk meng-

hadapi perlawanan rakyat sehingga pecah

pertempuran yang dikenal dengan

peristiwa Krueng

Panjol

Bireuen.

Pertempuran di sekitar Langsa/Kuala

Simpang Aceh semakin sengit ketika

pihak rakyat dipimpin langsung oleh Residen Teuku Nyak Arif. Dalam pertempuran

ini pejuang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian di seluruh Sumatera

rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.

F

Kronologi Berbagai Peristiwa Penting Baik di

Tingkat Pusat Maupun Daerah dalam Usaha

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadilah peristiwa-peristiwa

baik di tingkat pusat maupun daerah. Peristiwa-peristiwa tersebut di antaranya

Bandung Lautan Api, Puputan Margarana, Peristiwa Westerling di Makassar, dan

Serangan umum 1 Maret 1949.

1. Bandung Lautan Api

Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada

waktu itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya

merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil

pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan kepadanya. Bahkan pada tanggal

21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar kota Bandung bagian

utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945

dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para pejuang, ultimatum tersebut

tidak diindahkan sehingga sejak saat itu sering terjadi insiden dengan pasukan-

pasukan Sekutu.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka I, PT Tira

Pustaka, 1980. hlm.71.

Gb. 3.20

Di seluruh Sumatera rakyat bangkit membela

dan mempertahankan kemerdekaan RI. Tampak di sini

suatu kesatuan tentara dari Divisi Banteng di Sumatera

Tengah.

68

IPS SMP/MTs Kelas IX

Sekutu mengulangi ultimatumnya

pada tanggal 23 Maret 1946 yakni agar

TRI meninggalkan kota Bandung.

Dengan adanya ultimatum ini,

pemerintah Republik Indonesia di Jakarta

menginstruksikan agar TRI mengosong-

kan kota Bandung, akan tetapi dari

markas TRI di Yogyakarta menginstruksi-

kan agar kota Bandung tidak dikosong-

kan. Akhirnya, para pejuang Bandung

meninggalkan kota Bandung walaupun

dengan berat hati. Sebelum meninggal-

kan kota Bandung terlebih dahulu para

pejuang Republik Indonesia menyerang

ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu

sambil membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Peristiwa ini kemudian

dikenal dengan Bandung Lautan Api.

2. Puputan Margarana

Salah satu isi perundingan Linggajati

pada tanggal l0 November 1946 adalah

bahwa Belanda mengakui secara

de facto

Republik Indonesia dengan wilayah

kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa,

dan Madura. Selanjutnya Belanda harus

sudah meninggalkan daerah

de facto

paling

lambat tanggal 1 Januari 1949.

Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949

Belanda mendaratkan pasukannya kurang

lebih 2000 tentara di Bali, ikut pula tokoh-

tokoh yang memihak Belanda. Pada waktu

itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai

Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang

pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan

konsultasi dengan Markas tertinggi TRI.

Sementara itu perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia

kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati di mana Bali tidak diakui

sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Rakyat Bali merasa kecewa terhadap isi

perundingan ini. Lebih-lebih ketika Belanda membujuk Letnan Kolonel I Gusti

Ngurah Rai diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Ajakan tersebut ditolak

dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata

Sumber:

30 Tahun Indonesia Merdeka 1,

PT Tira Pustaka,

hlm.90.

Gb 3.21

Kota Bandung bagian selatan dibakar oleh

para pejuang sehingga menjadi lautan api .

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka I,PT Tira

Pustaka, hlm.125.

Gb. 3.22

Pada tanggal 2 dan 3 maret 1949 Belanda

mendaratkan pasukannya kurang

Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai duduk di depan

memakai selempang dada.

IPS SMP/MTs Kelas IX

69

Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Rai memperoleh kemenangan

dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan. Kemudian Belanda mengerahkan

seluruh kekuatan di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan rakyat Bali

ini. Pertempuran hebat terjadi pada tanggal 29 November 1946 di Margarana, sebelah

utara Tabanan. Karena kalah dalam persenjataan maka pasukan Ngurah Rai dapat

dikalahkan. I Gusti Ngurai Rai mengobarkan perang “Puputan” atau habis-habisan

demi membela Nusa dan Bangsa. Akhirnya I Gusti Ngurai Rai bersama anak buahnya

gugur sebagai kusuma bangsa.

3. Peristiwa Westerling di Makassar

Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan yang diangkat tahun 1945, Dr. G.S.S.J.

Ratulangie melakukan aktivitasnya dengan membentuk Pusat Pemuda Nasional

Indonesia (PPNI). Organisasi yang bertujuan untuk menampung aspirasi pemuda

ini pernah dipimpin oleh Manai Sophian.

Sementara itu pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan ke

Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Raymond Westerling. Kedatangan pasukan ini

untuk “membersihkan” daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan

menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara

Indonesia Timur.

Di daerah ini pula, pasukan Australia yang diboncengi

NICA mendarat kemudian membentuk pemerintahan sipil.

di Makassar karena Belanda melakukan usaha memecah

belah rakyat maka tampillah pemuda-pemuda pelajar

seperti A. Rivai, Paersi, dan Robert Wolter Monginsidi

melakukan perlawanan dengan merebut tempat-tempat

strategis yang dikuasai NICA. Selanjutnya untuk

menggerakkan perjuangan dibentuklah Laskar

Pemberontak Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tokoh-

tokohnya Ranggong Daeng Romo, Makkaraeng Daeng

Djarung, dan Robert Wolter Monginsidi sebagai Sekretaris

Jenderalnya.

Sejak tanggal 7 - 25 Desember 1946 pasukan Westerling

secara keji membunuh beribu-ribu rakyat yang tidak

berdosa. Pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda menyata-

kan Sulawesi dalam keadaan perang dan hukum militer.

Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi

pembunuhan massal di desa-desa yang mengakibatkan

sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban

kebiadaban. Bagaimanakah pendapat kamu tentang

tindakan Raymond Westerling tersebut?

Sumber:

30 Tahun Indonesia

Merdeka I,

PT Tira Pustaka,

1983,

hlm.240.

Gb.3.23

Robert Wolter

Monginsidi, pahlawan per-

juangan rakyat Sulawesi

Selatan menentang Belanda.

Pada tanggal 5 September

1949 dijatuhi hukuman mati

oleh Belanda.

70

IPS SMP/MTs Kelas IX

4. Serangan Umum 1 Maret 1949

Ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember

1948 ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil

Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda

menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada saat

yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di

Buktitinggi, Sumatera Barat. Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai

Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat

Yogyakarta juga memberikan dukungan kepada RI.

Pimpinan TNI di bawah Jenderal Sudirman yang sebelumnya telah

menginstruksikan kepada semua komandan TNI melalui surat Perintah Siasat No.1

bulan November 1948 isinya antara lain:

(1) memberikan kebebasan kepada setiap komandan untuk melakukan serangan

terhadap posisi militer Belanda;

(2) memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong

pertahanan

(wehrkreise);

dan

(3) memerintahkan agar semua kesatuan TNI yang berasal dari daerah pendudukan

untuk segera meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke daerahnya masing-

masing (seperti Devisi Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat), jika Belanda

menyerang Yogyakarta. Untuk pertahanan daerah Yogyakarta dan sekitarnya

diserahkan sepenuhnya kepada pasukan TNI setempat yakni Brigade 10 di bawah

Letkol Soeharto.

Dengan adanya agresi Militer Belanda maka dalam beberapa minggu kesatuan

TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi.

Namun para pejuang mampu melakukan komunikasi melalui jaringan radio,

telegram maupun para kurir.

Bersamaan dengan upaya konsoli-

dasi di bawah PDRI, TNI melakukan

serangan secara besar-besaran terhadap

posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan ini

dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949

dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum

serangan dilakukan, terlebih dahulu

meminta persetujuan kepada Sri Sultan

Hamengkubuwono IX sebagai Kepala

Daerah Istimewa Yogyakarta. Serangan

Umum ini dilakukan dengan meng-

konsentrasikan pasukan dari sektor Barat

(Mayor Ventje Samual), Selatan dan

Timur (Mayor Sarjono) dan Sektor Kota

Sumber:30

Tahun Indonesia Merdeka I,

PTTira Pustaka,

1983,

hlm.216.

Gb.3.24

Sri Sultan Hamengkubuwana IX menerima

laporan Let.Kol.Soeharto bahwa Pasukan Wehrkreise

III telah siap turun Masuk kota Yogya pada tanggal

29 Juni 1949.

IPS SMP/MTs Kelas IX

71

Wawasan Kebinekaan

(Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki). Serangan umum ini membawa hasil

yang memuaskan sebab para pejuang dapat menguasai kota Yogyakarta selama

6 jam yakni jam 06.00 sampai jam 12.00.

Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya di daerah

Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari Sumatera

berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya peristiwa itu juga

dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram dan juga

disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi, India) dan L.N.

Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).

Serangan Umum 6 Jam di Yogyakarta ini mempunyai arti penting yaitu sebagai

berikut.

Ke dalam : - Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak

langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan

Belanda yang tergabung dalam BFO.

- Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum

ini berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat

yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada

pemerintah Belanda agar melakukan perundingan dengan RI.

Ke luar

- Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai

kekuatan untuk melakukan serangan; dan

- Mematahkan moral pasukan Belanda.

Dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, rakyat di berbagai

daerah siap mengorbankan segala yang dimiliki demi tegaknya negara yang kita cintai ini. Dengan

demikian negara ini bukan milik salah satu golongan atau salah satu suku bangsa akan tetapi

milik seluruh bangsa Indonesia. Kesadaran inilah yang wajib kita pertahankan.

Ketika Belanda melakukan agresi militemya yang kedua, tanggal 19 Desember

1948, Dewan Keamanan PBB merasa tersinggung karena tindakan Belanda tersebut

telah melanggar persetujuan gencatan senjata yang telah diprakasai oleh Komisi Tiga

Negara (KTN). Di dalam negeri Indonesia pun Belanda tidak memperoleh dukungan

politik bahkan para pejuang melakukan gerilya maupun serangan umum.

G

Faktor-Faktor yang Memaksa Belanda Keluar

dari Indonesia

72

IPS SMP/MTs Kelas IX

Tugas Kemandirian

Menghadapi kondisi yang demikian ini maka Belanda mengubah sikapnya yakni sepakat

dilakukan gencatan senjata. Penghentian tembak menembak akan mulai berlaku di

Jawa tanggal 11 Agustus 1949, dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus 1949.

Pada masa gencatan senjata itulah berlangsung Konferensi Meja Bundar di Den

Haag pada tanggal 23 Agustus 1949. Dalam konferensi ini hasil utamanya antara lain

bahwa Belanda akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada akhir

bulan Desember 1949. dengan demikian hal ini memaksa Belanda harus keluar dari

bumi Indonesia.

Sebenarnya faktor-faktor apa saja yang memaksa Belanda harus keluar dari

Indonesia?

a. Faktor dari Dalam

1). Dari dalam negeri Indonesia, Belanda menyadari bahwa kekuatan militernya

tidak cukup kuat untuk memaksa RI tunduk kepadanya.

2). Perang yang berkepanjangan mengakibatkan hancurnya perkebunan dan

pabrik-pabrik Belanda. Untuk menghindarkan hal itu Belanda harus mengubah

strateginya.

3). Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia.

Ketika membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin

sebuah negara di Jawa maka ditolaknya.

4). Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan

umum.

b. Faktor dari Luar

PBB dan Amerika Serikat mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Belanda.

Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan pembangunan yang

menjadi tumpuan perekonomian Belanda.

Dengan adanya faktor-faktor di atas maka diselenggarakanlah KMB yang

bermuara diakuinya kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada tanggal

27 Desember 1949 sehingga memaksa Belanda keluar dari bumi Indonesia.

Bentuklah kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 siswa . Bacalah beberapa buku sumber

yang menjelaskan peristiwa Agresi Militer Belanda pertama dan kedua ! Uraikan secara singkat

dengan bahasa kalian tentang :

1. Keberadaan NKRI pada waktu Agresi Militer I

2. Keberadaan NKRI pada waktu Agresi Militer II

Presentasikanlah di depan kelas hasil pekerjaan kalian tiap-tiap kelompok!

IPS SMP/MTs Kelas IX

73

Rangkuman Materi

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia- Belanda setelah

proklamasi kemerdekaan sebagai berikut.

a. Sekutu (AFNEI )secara diam-diam membawa orang-orang NICA.

b. Kedatangan Belanda ( NICA ) untuk menegakkan kembali kekuasaannya atau

menjajah Indonesia.

2. Peran dunia internasional dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda, antara lain :

a. DK PBB mengeluarkan resolusi tanggal I Agustus 1947 mengajak kedua belah

pihak menghentikan tembak menembak dan menyelesaikan pertikaian secara

damai. Selanjutnya dibentuk Komisi Tiga Negara (KTN) oleh DK PBB. Komisi Tiga

Negara ini nantinya diubah menjadi UNCI.

b. Konferensi Asia menghasilkan resolusi yang disampaikan kepada DK PBB yang

isinya antara lain penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia.

3. Pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap keberadaan negara NKRI adalah :

a. Pada waktu Agresi Militer Belanda I ( 21 Juli 19147 ) walaupun Belanda berhasil

menduduki beberapa daerah kekuasaan RI, akan tetapi secara politis Rl naik

kedudukannya di mata dunia dan mendapat simpati dari negara-negara Arab (Timur

Tengah).

b. Pada waktu Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948) walaupun pimpinan-

pimpinan Rl ditawan Belanda dan ibu kota Rl Yogyakarta jatuh akan tetapi Rl tetap

ada karena dibentuk PDRl di Bukittinggi di bawah pimpinan Syafruddin

Prawiranegara. Belanda hanya menguasai di kota-kota dan jalan raya sedangkan

pemerintah RI masih berlangsung sampai di desa-desa.

4. Untuk mempertahankan kemerdekaan, Indonesia melakukan serangkaian aktivitas

diplomasi di dunia internasional, yaitu Pertemuan Soekarno-van Mook, Pertemuan Syahrir-

van Mook dilanjutkan perundingan, Perundingan di Hooge Veluwe, Perundingan

Linggajati, Perundingan Renville, Persetujuan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar

(KMB ).

Dengan ditandatanganinya KMB maka Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda

pada tanggal 27 Desember 1949.

5. Dengan kedatangan Sekutu yang diboncengi NICA, di mana NICA berusaha

mempersenjatai KNIL maka rakyat dan pemerintah di berbagai daerah berjuang untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan melawan Sekutu itu antara lain

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Pertempuran Ambarawa, dan Pertempuran

Medan Area. Selain itu juga terjadi peristiwa - peristiwa penting yang merupakan perjuangan

rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Rl adalah Bandung Lautan Api, Puputan

Margarana, Peristiwa Westerling di Makasar dan Serangan Umum 1 Maret 1949.

74

IPS SMP/MTs Kelas IX

Uji Kompetensi

6. Faktor- faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia adalah :

a. Faktor dari dalam

1 ). Belanda menyadari bahwa kekuatan militernya tidak cukup kuat memaksa Rl

tunduk kepadanya.

2). Perang yang berkepanjangan merugikan perkebunan dan pabrik- pabrik

Belanda.

3). Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia.

4). Para pejuang Rl terus melakukan perang gerilya dan Serangan Umum.

b. Faktor dari luar

Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan pembangunan kepada

Belanda.

Dari uraian materi di atas maka sikap dan perilaku yang dapat kita teladani antara lain :

1. Jiwa keberanian bangsa Indonesia yang berjuang dengan mengangkat senjata dalam

mempertahankan kemerdekaan patut kita teladani dan kita hargai.

2. Perjuangan melalui diplomasi bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan

merupakan perjuangan yang ulet dan memerlukan kesabaran. Sifat inilah perlu kita

teladani agar kita berhasil untuk mencapai suatu cita- cita.

Refleksi

Ayo kerjakan di buku tugasmu!

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang tepat!

1. Berikut ini yang merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan terjadinya konflik antara

Indonesia dengan Belanda setelah

proklamasi kemerdekaan adalah ....

a. NICA membantu mengamankan Jepang

b. Indonesia membantu Jepang meng-

hadapi Belanda

c. NI CA berusaha mempersenjatai KNIL

d. Indonesia membantu Sekutu meng-

hadapi Belanda

2. Salah satu tugas pasukan Sekutu di Indone-

sia (AFNEI) di bawah pimpinan Sir Philip

Christison adalah ....

a. membebaskan tawanan perang dan

intemiran Sekutu

b. menyerahkan kekuasaan Indonesia

kepada Jepang

c. membentuk pemerintahan militer di

Indonesia

d. menuntut ganti rugi perang terhadap

bangsa Indonesia

IPS SMP/MTs Kelas IX

75

3. Kedatangan pasukan Sekutu akhirnya

disambut dengan perlawanan oleh rakyat

Indonesia karena ....

a. melucuti tentara Jepang

b. mengubah pemerintahan RI

c. membantu pasukan Jepang

d. membawa serta NICA

4. Perhatikan peta berikut ini !

Pada peta di atas, pusat pemerintahan ibu

kota RI ketika diserang Belanda dalam

agresinya yang kedua adalah ...

a. I

c. III

b. II

d. IV

5. Suatu bukti bahwa pemerintah RI tetap tegak

berdiri walaupun ibu kota RI dikuasai

Belanda pada waktu Agresi Militer Belanda

II adalah ....

a. Presiden Soekarno menjalankan

pemerintahan dari pengasingan

b. ibu kota RI di Yogyakarta dikuasai Sri

Sultan Hamengkubuwana IX

c. dibentuknya Pemerintahan Darurat RI di

Bukittinggi Sumatera

d. ibu kota RI dikembalikan dari Yogyakarta

ke Jakarta

6. Dampak Serangan umum 1 Maret 1949 bagi

perjuangan diplomasi Indonesia di

luar negeri adalah ....

a. dunia internasional mendukung

penyerahan kedaulatan RIS

b. negara-negara simpatisan Indonesia

memberi bantuan senjata

c. dukungan internasional terhadap

masalah Indonesia meningkat

d. negara-negara di Eropa mendorong

Belanda melepaskan Indonesia

7. Perhatikan peta berikut ini!

Pada peta di atas, daerah yang diarsir

menunjukkan wilayah RI berdasarkan

a. Perundingan Linggajati

b. Perundingan Renville

c. Perundingan Roem - Royen

d. Konferensi Meja Bundar

8. Konferensi Meja Bundar mempunyai arti

penting bagi bangsa Indonesia, yakni ...

a. terbentuknya kerja sama Indonesia-

Belanda

b. Indonesia kembali ke Negara Kesatua RI

c. cita-cita bentuk negara serikat terwujud

d. Indonesia mendapat pengakuan

kedaulatan

9. Perhatikan tokoh-tokoh perlawanan

terhadap kedatangan Sekutu berikut ini :

I

II

Gubernur Suryo

Teuku Nyak Arif

Bung Tomo

Soengkono

Soengkono

T

euku M. Hassan

Teuku M. Hassan Gubernur Suryo

III

IV

Let. Kol. M.Sarbini Dr. Karyadi

Sastrodihardjo

Soepriyadi

Let. Kol. Isdiman

Oerip S

oemoharjo

Kol. Soedirman

B

ung Tomo

Pada kolom di atas yang merupakan tokoh-

tokoh perlawanan terhadap Sekutu di

Ambarawa terdapat pada angka ....

a. I

c. III

b. II

d. IV

76

IPS SMP/MTs Kelas IX

10. Di antara pernyataan-pertanyaan berikut,

manakah yang merupakan latar belakang

terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api

pada tanggal 23 Maret 1946?

a. kesalahpahaman antara instruksi

pemerintah dengan ultimatum Sekutu

b. pasukan TRI tidak sanggup mengen-

dalikan keadaan di kota Bandung

c. ultimatum Sekutu agar pemerintah

membebaskan tawanannya

d. ultimatum Sekutu agar pasukan TRI

meninggalkan kota Bandung

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda

setelah Proklamasi Kemerdekaan RI!

2. Sebutkan tujuan kedatangan pasukan Sekutu di Indonesia (AFNEI) di bawah pimpinan Sir Philip

Christison 3 saja!

3. Jelaskan secara singkat peranan PBB dalam penyelesaian konflik Indonesia dengan Belanda

setelah Proklamasi Kemerdekaan RI!

4. Apa tujuan PBB membentuk Komisi Tiga Negara!

5. Jelaskan pengaruh konflik Indonesia - Belanda terhadap keberadaan NKRI pada waktu Agresi

Militer Belanda I!

6. Sebutkan arti penting Serangan Umum 1 Maret 1949!

7. Mengapa rakyat Bali mengadakan perang Puputan Maergarana!

8. Sebutkan pertemuan-pertemuan maupun perundingan-perundingan yang merupakan aktivitas

diplomasi Indonesia untuk memepertahankan kemerdekaan Indonesia!

9. Sebutkan isi Konferensi Meja Bundar (KMB) tiga saja!

10. Sebutkan faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia setelah kemerdekaan RI!